Sinar Borneo dan Bahasa Melayu di Pontianak Awal Abad ke-20

Penulis: Yusriadi

Buku berjudul “Sinar Borneo dan Bahasa Melayu di Pontianak Awal Abad ke-20” ini merupakan hasil penelitian tahun 2016 melalui bantuan dana penelitian DIPA IAIN Pontianak. Melalui beberapa perubahan laporan itu ditingkatkan menjadi buku yang semoga bisa dijadikan sebagai referensi bagi peneliti bahasa dan masyarakat pecinta sejarah lokal dan media.
Buku ini dapat dikatakan sebuah potret dari objek besar dan komprehensif: Bahasa Melayu yang digunakan oleh masyarakat kota Pontianak pada awal abad ke-20. Sebagai sebuah potret, tentu dimaklumi bahwa gambaran yang diberikan tidaklah menyeluruh. Bak kata, hanya senoktah saja. Namun demikian mudah-mudahan potret sederhana ini memberikan visualisasi yang memadai untuk memahami wujudnya penggunaan bahasa di kota kecil di pantai barat Borneo ini pada awal abad ke-20.
Data yang digunakan untuk deskripsi ini diperoleh dari teks berbahasa Melayu, sebuah koran yang diterbitkan di Pontianak tahun 1926. Satu di antara beberapa koran yang mengisi ruang publik di Pontianak ketika itu –sebut misalnya Halilintar., Berani, Kapoes Boedi, Suara Borneo, Utusan Borneo, Borneo Barat.
Berdasarkan data itu kita melihat bahwa bahasa Melayu yang digunakan awal abad ke-20 berbeda dibandingkan dengan bahasa Melayu Pontianak yang digunakan hari ini. Perbedaan itu bisa dilihat dari struktur bahasa yang; khususnya fonologi (bunyi/ejaan), morfologi (bentuk dan pembentukan kata) dan semantik (makna kata).